‘It takes a whole village to
raise a child’. ‘Butuh sekampung
untuk mengasuh seorang anak.’ Sebuah ungkapan yang
mengingatkan kita bahwa di tengah kehidupan dunia yang terus menerus dan sangat cepat berubah, dibutuhkan keterlibatan,
kepedulian, kesungguhan, dan kerjasama semua pihak—terutama keluarga, sekolah, dan komunitas —untuk keberhasilan pendidikan
karakter anak.
Membangun
jembatan kemitraan antara sekolah, keluarga, dan komunitas dalam pendidikan
karakter bukan hanya akan memperbaiki program sekolah, memperkuat praktek
positif keluarga,
dan berdampak positif terhadap layanan-layanan terkait
pendidikan anak yang tersedia di masyarakat, tapi juga pada akhirnya berdampak
positif pada pengembangan dan penguatan karakter anak.
Komunitas
yang dimaksudkan dalam tulisan ini mencakup kelompok-kelompok bisnis, kelompok-kelompok
non-profit, kelompok-kelompok keagamaan, universitas, lembaga-lembaga layanan,
dan sejenisnya. Komunitas bukan hanya keluarga-keluarga di mana anak-anak
mereka bersekolah, tapi semua pihak berminat dan dipengaruhi oleh kualitas
pendidikan. Komunitas bukan hanya para tetangga di mana rumah dan sekolah
berlokasi, tetapi juga para tetangga atau lokasi lain yang mempengaruhi
perkembangan karakter dan belajar anak-anak.
Komunitas
merupakan pihak yang sangat penting dalam perkembangan karakter anak karena
komunitas memiliki banyak sumberdaya yang beragam—pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, model, sarana prasarana, dan lain-lain. Sekolah dan keluarga
membutuhkan sumberdaya tambahan untuk dengan sukses mendidik karakter semua
siswa/anak dan sekolah-keluarga juga memiliki sumberdaya bisa dibagi dengan
komunitas. Sekolah-sekolah dan keluarga-keluarga yang sukses umumnya
memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada di halaman mereka sendiri—komunitas
mereka sendiri.
Kemitraan
sekolah, keluarga, dan komunitas dalam pendidikan karakter terbentuk ketika
semua pihak sepakat berbagi komitmen untuk sebuah tujuan yang sama, menyadari
dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat masing-masing pihak,
saling menghargai kelebihan, keragaman, dan sumberdaya masing-masing, saling
percaya satu sama lain, dan berkomitmen untuk berkomunikasi secara terbuka dan
memecahkan permasalahan secara bersama-sama. Semua pihak berbagi informasi,
waktu, dan apapun yang memungkinkan
tujuan bersama—pendidikan karakter anak—tercapai dengan sukses.
Kemitraan
berarti mendengarkan satu sama lain dan menemukan cara-cara untuk berbagi
kepemimpinan dan melakukan pengambilan keputusan. Setiap pihak perlu
diperlakukan dengan terhormat dan didengarkan. Setiap infomasi yang diperlukan
harus jelas bagi semua pihak. Setiap pihak seharusnya bukan hanya menginginkan
perayaan kesuksesan, tetapi mereka juga harus mau membantu memecahkan persoalan
ketika dihadapkan pada kesulitan.|| Irwan Nuryana Kurniawan